Senam Bersama...

Senam dalam kebersamaan di pagi hari, membangun komunitas yang sehat dan damai penuh persaudaraan.

Ziarah bersama...

Ziarah dalam kebersamaan di Gua Maria Kerep Ambarawa, membangun iman dalam kasih persaudaraan.

Rekreasi bersama...

Bergembira bersama dalam rekreasi untuk membangun persaudaraan dan solidaritas.

Komunitas Persaudaraan...

Bersama keluarga menikmati liburan di area wisata Bandungan Indah.

Bangunan wisma...

Tempat yang bersih, damai, dan nyaman untuk menikmati usia senja....

Perayaan Minggu Palma...

Membangun dan menguatkan iman di usia senja....

Saturday, May 25, 2013

Pembiayaan

PEMBIAYAAN

Pembiayaan rutin (running cost)
seperti gaji, biaya operasional, biaya pemeliharan gedung,
diharapkan tercukupi dari dana swadaya dan
bantuan-bantuan dari pihak donatur.
Sekiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
berkenan untuk berbagi kasih kepada para lansia,
dapat menyalurkan melalui rekening kami:

Nama Bank :
Bank BCA KCP BANYUMANIK

Atas nama :
Br. Heribertus Suparno, CSA

No. Rekening : 80 300 511 66

Personalia

Pelindung :

Br. Lukas Suyanta, CSA
(Pemimpin Umum Bruder CSA Indonesia)

Penanggung Jawab :

Br. Viktor London, CSA
(Ketua Yayasan Mardiwijana)

Direktris :
Ibu Elly Sukendro

Pelaksana Harian :
Br. Heribertus Suparno, CSA

Kesehatan :
dr. Susilo

Keperawatan :
Br. Lambertus, CSA

Psikolog :
Sdr. Indra 

Kerohanian :

1. Br. Pius, CSA
2. Ibu Heru Astheria Maria

Syarat masuk

BAGAIMANA MENJADI PENGHUNI WISMA
(PERSYARATAN)

Agar pelaksanaan pendampingan dan pelayanan
kepada para lansia bisa berlangsung dengan baik,
maka Wisma Lansia Harapan Asri menentukan persyaratan awal
bagi para calon penghuni Wisma, antara lain :

a. Umur minimal 60 tahun
b. Dapat mengurus diri sendiri (mandiri)
c. Tidak berpenyakit menular
d. KTP dan Surat Keterangan yang bersangkutan
e. Memiliki penanggung jawab yang bersedia membiayai kehidupan dan perawatan lansia
f. Adanya kemauan pribadi untuk tinggal di Wisma Lansia Harapan Asri
dari yang bersangkutan (tidak ada paksaan).

PERSONALIA

Tenaga dalam hal ini terbagi dalam dua bagian
yaitu tenaga personalia dan tenaga pendamping Wisma Lansia Harapan Asri.
Tenaga personalia mengurusi segala keperluan administrasi wisma.

Sedangkan tenaga pendamping
bertugas melaksanakan pendampingan
di Wisma Lansia Harapan Asri.

Kegiatan

PROGRAM PENDAMPINGAN/ KEGIATAN

Wisma Harapan Asri menyiapkan program pendampingan/ kegiatan kepada para lansia untuk mengisi aktivitas harian mereka. Program pendampingan/ kegiatan tersebut mencakup kegiatan kerohanian (spiritual), fisik/ terapi, dan rekreatif. Pendampingan kerohanian (spiritual) dilaksanakan agar para lansia dapat menghidupi, melaksanakan kegiatan-kegiatan rohaniah sehingga para lansia dapat semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sedangkan aktivitas kegiatan fisik/ terapi dan rekreatif bertujuan untuk menjaga kesehatan badan, menciptakan suasana rileks, santai, gembira dan puas, serta memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan berkreasi.

Program pendampingan/ kegiatan bagi para lansia meliputi :


a. Kegiatan kerohanian
b. Kegiatan fisik/ terapi, dan rekreatif :
    1. Olah Raga : senam, jalan santai, jogging, berjemur
    2. Seni dan Kerajinan : menjahit, menyulam, merajut, kristik, menganyam,melukis, bernyanyi, bermain musik,     
        menulis kreatif
    3. Hobby : internet, membaca, berkebun, memasak, menulis, mengarang, melukis, musik

    4. Hiburan : menonton TV/ VCD/ DVD, mendengarkan tape/ radio, musik, karaoke
    5. Aktivitas sosial : pesta, kegiatan khusus (HUT), permainan, piknik/ rekreasi

Networking

Dalam pelaksanaan pengelolaan
Wisma Lansia Harapan Asri, pihak Yayasan bekerja sama dengan:

a). Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jawa Tengah

Dalam merencanakan karya baru,
Yayasan selalu menjalin kontak dengan pihak SPSI-Jawa Tengah
dalam bentuk konsultasi, diskusi, serta mencari terobosan-terobosan karya yang cocok.
Dan hal ini juga dikuatkan dengan adanya penandatanganan kerjasama (MoU).
Kerjasama dengan SPSI juga akan tetap dilangsungkan
khususnya dalam hal perekrutan para lansia.

b). Rumah Sakit Elisabeth

Kerja sama dengan RS. Elisabeth terealisasi
dalam menggunakan tenaga profesional/ staf RS. Elisabeth
dalam menangani karya Penitipan Pendampingan Lanjut Usia (Lansia)
Wisma Harapan Asri.
RS. Elisabeth juga digunakan sebagai tempat rujukan
bagi Wisma Lansia Harapan Asri.

c). Universitas Soegijapranata

Kerja sama dengan Universitas Soegijapranata
dilaksanakan dengan merekrut staf psikolog
untuk membantu di Wisma Lansia Harapan Asri.
Selain itu kami juga sedang menyiapkan tenaga
untuk mengelola Wisma Lansia Harapan Asri
dan saat ini sedang distudikan di lembaga ini
dengan mengambil spesialisasi psikologi,
baik S1 maupun S2.

d). Pemerintah

Untuk mendukung terwujudnya pengelolaan Wisma Lansia Harapan Asri,
kami mengadakan kerjasama dengan pemerintah,
khususnya dalam hal pengurusan perijinan baik perijinan bangunan
maupun operasional.

f). Donatur

Kerja sama dengan para donatur
dimaksudkan untuk mendukung kelangsungan hidup
Wisma Lansia Harapan Asri
dengan menjadikan para donatur ini sebagai anak asuh
bagi para lansia yang kurang mampu,
serta mendukung pengembangan karya
Wisma Lansia Harapan Asri.

Fasilitas

FASILITAS

Dalam Pendampingan Wisma Lansia Harapan Asri,
lembaga akan menyediakan fasilitas tempat tinggal yang nyaman dan asri,
serta didukung tenaga keperawatan dan pendamping yang profesional
bagi para lansia.

Disamping itu untuk menciptakan suasana batin yang penuh kegembiraan,
persaudaraan, cinta dan damai,
lembaga juga menyiapkan program kegiatan yang menarik
baik berupa kegiatan kerohanian/ spiritual, fisik, terapi,
maupun rekreatif.

TUJUAN

a. Melayani para lanjut usia (lansia)
supaya mendapatkan kehidupan yang penuh kasih,
kedamaian dan harmonis di masa senjanya.

b. Karya Pendampingan Wisma Lansia Harapan Asri
berorientasi pada pelayanan dengan sepenuh hati
berdasarkan kasih dan damai.

c. Mendampingi dan melayani lanjut usia (lansia)
serta menghadirkan Kerajaan Allah
bagi para lanjut usia.

d. Menciptakan kondisi sosial agar lansia
memiliki rasa percaya diri dan harga diri
sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar.

Mingguan Hidup

Wisma Lansia Harapan Asri: Jejak Langkah Wisma Harapan Asri


Para perawat Wisma Lansia Harapan Asri hilir mudik. Sembari mengenakan sarung tangan dan penutup hidung, mereka memandikan penghuni wisma yang sudah tidak bisa mandi sendiri.

Begitulah suasana sehari-hari di wisma yang dikelola para bruder Kongregasi Bruder-Bruder Santo Aloisius (Congregatio Sancti Aloysii/CSA) ini. Wisma yang berada di daerah sejuk Banyumanik Semarang, Jawa Tengah itu dihuni 35 orang lansia berusia 52-90 tahun. Mereka rata-rata menunggu dengan tenang hingga ”saudara maut” menjemput mereka.

Ada yang memilih tempat itu agar tidak merepotkan anak atau sanak saudara. Misalnya, Edy Soejanto. Laki-laki yang lahir 90 tahun lalu ini senang tinggal di wisma tersebut karena tidak ingin merepotkan anaknya. ”Dulu, saya tinggal di lantai dua rumah kami. Anak saya khawatir kalau nanti saya jatuh karena saya tidak mau pakai pembantu. Di sini saya bisa mengurus diri sendiri,” ujar penggemar berat sepak bola ini.

Ada juga Rosa alias The Gien Ping Nio. Perempuansingle berusia 70 tahun ini setiap hari membantu di dapur dengan memotong-motong sayur untuk dimasak sebagai makanan mereka sehari-hari. Dan yang unik, Br Pius Suyoto CSA, mantan Provinsial CSA yang melihat perubahan gedung dari sekolah menjadi wisma lansia ini, selalu menghibur tetangga-tetangga dengan candaannya yang segar. 

Bekas SLTP

Bangunan yang terletak di Jl Tusam Raya No 2A ini dulunya adalah SLTP Aloysius. Sekolah ini dikelola para bruder CSA. Semula, sekolah yang terletak di Semarang atas, demikian penduduk sekitar menyebutnya, cukup tersohor sebagai sekolah bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Sekolah yang awalnya dirintis Bruder Pius Suyoto CSA pada 1982 ini semula hanya berupa dua ruangan sederhana. Letaknya di Jl Kanfer Raya No 49. Setahun kemudian, Yayasan Mardiwijana yang berada di bawah naungan para bruder CSA, mendirikan sebuah gedung sekolah baru. Lokasinya di Jl Tusam Raya No 2A, Pedalangan, Banyumanik. Namun, perkembangannya kurang menggembirakan.

Menurut Pemimpin Wisma Lansia Harapan Asri, Br Heribertus Suparno CSA, banyak faktor yang menyebabkan jumlah siswa semakin menurun. Pertama, sekolah ini berganti-ganti kepala sekolah. Akibatnya, manajemen kurang bagus. ”Guru-guru dan kebijakan sekolah ikut terpengaruh dengan kondisi seperti itu,” jelas Br Heri, sapaan akrabnya.

Selain itu, sekolah yang 70 persen muridnya non-Katolik ini terkena isu kristenisasi yang santer berhembus di daerah itu. Munculnya sekolah-sekolah negeri ikut mempengaruhi situasi itu. Akhirnya, Agustus 2003, Pengurus Yayasan Mardiwijana mengajukan permohonan kepada Dewan Umum CSA untuk menghentikan kegiatan belajar mengajar.

Tepatnya pada 30 Agustus 2003, Dewan Umum CSA mengabulkan permohonan penutupan SLTP St Aloysius. Mulai Tahun Ajaran 2004/2005 SLTP St Aloysius Banyumanik tidak menerima murid baru lagi, dengan batas penutupan akhir Juni 2006. Dalam kurun waktu tersebut, siswa yang ada tetap akan didampingi hingga lulus. Sementara para tenaga pengajar disalurkan ke sekolah-sekolah Katolik lain.

Karya baru 

Dengan ditutupnya SLTP St Aloysius, para bruder memeras otak untuk mencari karya pelayanan baru bagi masyarakat. Melalui Surat Keputusan No 163/DUCSA/IX/2003, tertanggal 19 September 2003, Dewan Umum CSA membentuk panitia ad hoc yang bertugas memikirkan alternatif karya baru yang akan dilaksanakan para bruder CSA bagi masyarakat.

”Kami mengundang tokoh-tokoh pendidikan di Banyumanik, kami bicara dengan data dan fakta. Kami tidak khawatir karena keluarga-keluarga bisa menyekolahkan anak-anaknya di Semarang bawah. Alat transportasi juga semakin banyak. Kami juga merasa lega karena tidak menelantarkan mereka,” Br Heri melanjutkan.

Semula ada dua pilihan karya pelayanan, yakni kursus informal atau wisma lansia. Awalnya, mereka ingin menjadikan ruang-ruang kelas SLTP menjadi ruang kursus informal, sebuah karya pelayanan yang sudah lama dilakukan para bruder CSA. Namun, sudah banyak Balai Latihan Keterampilan (BLK) di wilayah itu. ”Ternyata, banyak BLK gratis dari pemerintah dengan fasilitas lengkap. Kami pasti kalah bersaing,” urai Br Heri.

Akhirnya, mereka memilih untuk fokus pada wisma lansia. Mereka mulai melakukan studi banding ke berbagai tempat penampungan lansia. Menurut pengamatan, tempat penampungan lansia di Semarang terkesan kumuh dan merupakan tempat berakhirnya kehidupan seseorang. Sebutannya juga panti jompo. Mereka ingin mengubah mindset mengenai panti jompo. ”Kami ingin membuat wisma lansia yang tidak kumuh. Sebuah rumah yang memiliki harapan,” imbuh Br Heri.

Mereka membawa rencana tersebut ke Uskup Agung Semarang waktu itu, Mgr Ignatius Suharyo. Uskup mendukung rencana tersebut. Selama ini CSA bekerjasama dengan Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengelola Yayasan Sosial Soegijapranata yang juga memiliki panti jompo di tiga tempat.

Sedikit demi sedikit, ruang kelas disulap menjadi ruang perawatan para lansia. Ruangan yang dulunya berisi papan tulis dan kapur berubah menjadi tempat tidur dan tempat minum. Fasilitas benar-benar disesuaikan dengan karya pelayanan baru ini.

Tidak disangka, penghuninya bukan hanya berasal dari Semarang, tetapi juga kota-kota lain seperti Jakarta dan Surabaya. Sebagian dari mereka berpendidikan tinggi. Cukup sulit bagi para bruder untuk mengubah mindset dari pendamping anak yang homogen menjadi pendamping lansia yang heterogen. Br Heri mengakui, setahun lamanya ia melakukan pendekatan kepada masing-masing penghuni.

”Saya mendengarkan masalah-masalah mereka. Ternyata, mereka adalah orang-orang yang dulunya berprestasi. Ada yang jadi peragawati, jaksa, dan guru. Tapi, sekarang mereka merasa rendah diri karena tidak berdaya. Karena itu, kami menganggap mereka bukan hanya sebagai orang yang perlu diperhatikan sebagai lansia, tetapi juga sebagai mitra untuk karya kami,” lanjut Br Heri.

Cukup pesat

Sabtu, 7 Januari 2012, merupakan hari yang dinanti-nanti para penghuni. Pada hari itu wisma tempat mereka tinggal merayakan ulang tahun ke-3. Hari istimewa itu dirayakan dengan Ekaristi yang dipimpin Pastor Paroki Banyumanik, Richardus Heru Subiyakto Pr, dan Pastor Michael Widyatmaka SJ.

Dalam homilinya, Pastor Heru menyebutkan, meski baru tiga tahun, Wisma Harapan Asri sudah mengalami perkembangan pesat. Tapi, ibarat anak usia tiga tahun, sering menyebalkan orangtua. Diharapkan, sesuai bertambahnya waktu, sikap menyebalkan itu perlahan-lahan berkurang.

Selain mendapat pelayanan fisioterapis, instruktur senam dan dokter, cukup sering relawan datang ke wisma. Mereka tidak segan-segan meluangkan waktu mendampingi penghuni wisma dalam berbagai kegiatan. Misalnya, berkunjung ke mal, atau acara khusus lainnya.

Br Heri mengakui, ia dan para pengurus wisma masih belajar untuk memberi pelayanan yang lebih baik lagi. ”Ini tantangan dan kesempatan untuk berbuat lebih baik lagi. Apalagi Bapa Uskup, Mgr Pujasumarta, menekankan agar kita hendaknya bertolak ke tempat yang lebih dalam. Yang pasti, kami menjalankan visi dan misi kami yaitu menjalankan semangat persaudaraan, kasih, dan damai,” tandas Br Heri.
Sylvia Marsidi

Sejarah


LATAR BELAKANG


     Wisma Lansia Harapan Asri adalah salah satu karya yang dikelola oleh Yayasan Mardiwijana Semarang dibawah naungan Kongregasi Bruder-bruder Santo Aloisius (CSA) yang berlokasi di Banyumanik – Semarang.

     Yayasan Mardiwijana bergerak berlandaskan visi misi yang telah dirumuskan dan digeluti selama ini. Visi misi tersebut adalah persaudaraan yang merangkul setiap orang, terutama yang miskin, lemah dan terlantar melampaui batas ras, suku dan agama. Serta memperjuangkan kasih dan damai berdasarkan keadilan jender yang dijiwai hati dan motivasi yang murni.

     Dengan melihat realita masyarakat, antara lain meningkatnya taraf kesehatan, lingkungan dan tata hidup masyarakat, berdampak pula pada peningkatan harapan hidup bagi warga lanjut usia (lansia). Pada tahun 1990 angka harapan hidup adalah 59,8 tahun. Pada tahun 2020 menurut para ahli diproyeksikan menjadi 71,7 tahun.

     Disisi lain kita juga melihat kehidupan orang dewasa yang kemudian mendirikan keluarga baru (berkeluarga), sehingga orang tua mereka tinggal sendiri, baik dengan pasangan hidupnya, sebagai duda maupun janda. Mobilitas kerja generasi muda semakin tinggi sehingga sulit untuk membawa serta orang tua tinggal bersama. Insan lanjut usia yang masih ingin hidup menjadi dirinya sendiri, membutuhkan tempat tinggal dengan lingkungan yang khusus sesuai dengan keadaan dan perkembangannya. Kedua kepentingan tersebut dapat disatukan dengan mengutamakan semua keinginan kedua pihak.
     
     Melihat realita masyarakat demikian, maka di dalam menentukan karya baru dan bentuk peran serta dalam menangani permasalahan sosial khususnya para lanjut usia (lansia), maka bidang karya sosial yang dipilih adalah Pendampingan Lansia Wisma Harapan Asri. Pendampingan Wisma Lansia Harapan Asri memungkinkan dan memberi kesempatan kepada para lanjut usia (lansia) untuk mampu mengembangkan diri secara optimal dan mengarah pada kesempurnaan hidup dalam suasana tenang, gembira, dan harmonis di masa senja dilandasi semangat kasih, damai, dan persaudaraan.